At-Tajdid merupakan istilah syar’i yang bisa didapatkan dalam hadist Nabi Muhamad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الْأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ
مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِينَهَا
Sesungguhnya pada
setiap penghujung seratus tahun, Allâh Subhanahu wa Ta’ala akan mengutus untuk
umat ini orang yang akan memperbaharui agama mereka. HR Abu Daud no. 3740 dan
dinilai shohih oelh Syeikh al-Albani dalam Silsilah Ahadits ash-Shahihah no.
599.[1]
At-Tajdid secara
bahasa, diartikan berkisar pada membangkitkan, mengembalikan dan menghidupkan.
Arti tersebut memberikan gambaran 3 unsur yakni keberadaa sesuatu kemudian
hilang atau hancur kemudian dikembalikan dan dihidupkan. Kata Tajdid berasal
dari bahasa Arab yang berkata dasar “Jaddada-Yujaddidu-Tajdiidan” yang berarti
memperbaharui. Kata Tajdid ini kemudian dibuat sebagai jargon dalam gerakan
pembaharuan atau pemurnian Islam agar terlepas dari Takhayyul, Khurafat dan Bid’ah.
Beberapa gerakan yang menjadi Tajdid sebagai ruh dalam organisasinya seperti
Sarekat Islam, Persis di Jawa, Al Irsyad dan Muhammadiyah. Perjuangan Tuanku
Imam Bonjol dalam menggerakkan kaum Paderi juga tidak terlepas dari pengaruh
dari Tajdid ini.[2]
Menurut KBBI, Tajdid adalah sebuah gerakan modernisasi, restorasi serta pembaharuan yang antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk dakwah dan Pendidikan.[3]
Menurut KBBI, Tajdid adalah sebuah gerakan modernisasi, restorasi serta pembaharuan yang antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk dakwah dan Pendidikan.[3]
Dalam artian secaran
umum, pengertian tajdid adalah ijtihad yaitu membuka arus pemikiran yang baru.
Dalam kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan Islam, Ijtihad memilika peranan
yang sangat penting dan signifikan, jadi penutupan arus pemikiran yang baru ini
dapat mengakibatkan tidak majunya pemikiran bahkan bias mematikan dalam
kemajuan pengetahuan umat Islam. Munculnya para reformis seperti Shah Wali
Allah (w. 1762) dan Sayyid Ahmad Khan (w. 1898) di India, Jamal al Din al
Afghani (w. 1897), Muhammad Rasyid Ridha (w. 1935) dan Muhammad Abdu (w. 1905)
di Mesir, ini adalah pembaharuan perjuangan dan pemikiran mereka yang merupakan
respon dari kemunduran tersebut.[4]
Pembaharuan dan
pencerahan dalam tajdid merupakan cakupan yang sangat luat dalam berbagai
aspek. Pengertian tajdid dari aspek pembaharuan adalah menghadirkan sesuatu
yang belum pernah diutarakan atau dijelaskan serta diungkap sebelumnya oleh
siapapun atau dalam artian benar-benar baru. Adapaun dalam aspek pencerahan
meliputi penjelasan atau review kembali dengan mengcover menjadi lebih baik dan
sesuai yang diungkapkan oleh para pendahulu sebelumnya menyangkup ajaran-ajaran
agama.[5]
Pengertian pemurnian dalam tajdid diartikan sebagai pemeliharaan ajaran Islam yang bersumber dan berdasarkan Al Qur’an dan Hadist Shahih. Sedangkan dalam arti pengembangn, modernisasi dan peningkatan, tajdid diartikan sebagai penafsiran perwujudan dan pengalaman ajaran Islam yang wajib berpegang teguh kepada Al Qur’an dan Hadist Shahih.[6]
Pengertian pemurnian dalam tajdid diartikan sebagai pemeliharaan ajaran Islam yang bersumber dan berdasarkan Al Qur’an dan Hadist Shahih. Sedangkan dalam arti pengembangn, modernisasi dan peningkatan, tajdid diartikan sebagai penafsiran perwujudan dan pengalaman ajaran Islam yang wajib berpegang teguh kepada Al Qur’an dan Hadist Shahih.[6]
[1] Kholid Syamhud, Tajdid (Pembaharuan) Dalam Islam | Media Islam
Salafiyyah, Ahlussunnah wal Jama'ah | diakses 12 Oktober 2017 - https://almanhaj.or.id/3567-tajdid-pembaharuan-dalam-islam.html
[2] Tajdid - Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas | diakses 12
Oktober 2017 - https://id.wikipedia.org/wiki/Tajdid
[3] KBBI Daring - Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia – diakses 12
Oktober 2017 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/tajdid
[4] e-Jurnal | Dharma Setyawan, ANALISIS HUBUNGAN
IJTIHAD DAN TAJDID PEMIKIRAN EKONOMI TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA (Studi kasus
Pada Amal Usaha Organisasi Masyarakat Muhammadiyah), Hal. 112-113 | diakses 21
Oktober 2017
[5] A. Syafi’I Ma’arif,
et.al., Tajdid Muhammadiyah Untuk Pencerahan Peradaban, MT-PPI PP Muhammadiyah
bekerja sama dengan UAD Press, Yogyakarta, 2006, hal. 10
[6] Musthafa Kamal Pasha,
Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam, Pustaka SM, Yogyakarta,
2013, hal. 137
Gambar dari: www.muhammadiyah.or.id
Gambar dari: www.muhammadiyah.or.id
0 Response to "Pengertian Tajdid"
Posting Komentar